welcome to my bLog

ini blog litha,, jarang2 dbuka jg si..

Kamis, 12 Maret 2009

Mikro-Jamur

Talitha Feby Herda S

H1E107034

Aphanomyces



Cendawan Aphanomyces memiliki miselium berdiameter 5-15 mikron dan sedikit bercabang. Zoospora muncul pada ujung sporangium dalam bentuk memanjang kemudian menjadi kista di sekitar ujung sporangium. Hifa bercabang, tidak bersepta, dan berpigmen (Alderman, 1982 dalam Mulyani, 2006).

Klasifikasi cendawan Aphanomyces menurut Scott (1961) dalam Mulyani (2006) adalah sebagai berikut :

Filum : Phycomycetes

Kelas : Oomycetes

Ordo : Saprolegnialis

Famili : Saprolegniaceae

Genus :

Menurut Robert et al. (1978) dalam Mulyani (2006), salah satu cirri parasi cendawan ini adalah menghasilkan kantung spora lebih dari satu dan keluar dari tengah (samping) hifa, sedangkan cirri saprofitik hanya menghasilkan satu kantung spora yang keluar dari bagian terminal (ujung hifa). Cendawan ini merupakan penyebab utama penyakit EUS (ulceratif epizootic syndrome) pada ikan (Rukyani, 1994 dalam Mulyani, 2006). Gejala klinis dari EUS antara lain bercak putih pada daging bawah kutikula (terlihat jelas di bawah mikroskop), dan pada beberapa kasus timbul warna kecoklatan pada kutikula atau otot.

Pada umumnya penyakit EUS yang diakibatkan oleh Aphanomyces sp. Sering terjadi pada alkalinitas rendah dan pH perairan yang rendah. Perairan asam merupakan daerah yang mudah dikuasai oleh cendawan akuatik berkisar antara pH 4-7 (Griffin, 1981 dalam Rahman, 2003). Beberapa usaha telah berhasil dilakukan untuk mencegah serangan cendawan ini adalah menikka pH dan alkalinitas dengan cara pengapuran (Lilley et al, 1992 dalam Rahman, 2003). Nilai alkalinitas yang baik pada budidaya secara umum berkisar 10-400 ppm, sedangkan pH yang baik adalah 7-8.5 (Suyanto, 1992 dalam Rahman, 2003).

Beberapa ciri cendawan Achlya hampir mirip dengan Saprolegnia. Perbedaan yang terlihat antara lain adalah sporangium yang terbentuk di ujung hifa, hifa bercabang dan transparan. Selain itu, cendawan ini memiliki tiga tahap zoospora yang disebut polyplanetism, zoospora keluar secara bergerombol dan selanjutnya terbentuk zoospora sekunder dan tersier. Pembentukan siste primer terjadi di mulut sporangium, dan zoospora masih bergerombol. Pembentukan sporangium kedua dengan cara membentuk cabang di bawah sporangium utama yang telah kosong. Pada reproduksi seksual, setiap oogonia menghasilkan 1-10 oospora (Sharma, 1989 dalam Mulyani, 2006).


2 komentar: